Tuesday, December 13, 2011

Cewe Kece dan Sepatu Kets! (-part 3-)

Lagu I'm your man, Michael Buble menggema di telingaku. Tiba-tiba lapangan itu menjadi hitam putih, tidak ada warna lain selain gradasi warna itu. Aku terpaku termenung di salah satu titik terjauh dari lapangan itu. Tiba-tiba angin berhembus sepoi-sepoi, dari arah kiri ku, wuuussshhh!! Mata kiriku seakan tak bisa menahan hembusan angin itu. Slow Motion. Tanpa disadari pandanganku langsung mengarah pada sudut kiri lapangan, aku tertegun. Freeze! Seorang gadis!

Sentak aku terperangah tak bergerak. BEKU. Pandanganku tak teralihkan. Hentakan kakinya ke tanah tampak sangat lambat nan tegas, seakan mampu membelah bumi. Aku masih melihatnya, sama seperti tadi pagi, tidak ada yang berubah, kecuali orang-orang yang tak terlihat dan latar hitam putih disekelilingnya. Entah kenapa, hanya dirinya yang tampak cerah dan berwarna, keindahan lapangan dan taman disekitarnya tampak tak sebanding. Aku terpaku. Wajahnya yang berkeringat tak mengurangi kecantikan parasnya, lima detik sebelum ia melintas tiba-tiba gerakannya semakin lambat. Slow Motion. Lima detik yang sungguh lambat. Rambutnya yang dikucir terlempar pelan ke kiri dan ke kanan, sesekali ada gumpalan air terjatuh dari rambutnya yang sedikit basah karena keringat. Matanya yang indah berkedip pelan. Tidak kusadari ternyata ia sudah berada tepat di depanku. Dia menabrakku?? Tidak! Dia hanya melintas tanpa melihat keberadaanku, apa maksudnya ini? Geraknya masih lamban dan pelan, setidaknya sampai ia mengambil sebuah selang tepat di pinggir lapangan, dan kembali ke arahku.

JrOOOSSSSHHHH!!!!!

Aku masih di kamar mandi, tanpa busana dan air shower yang mengalir deras di wajahku. Ah, itu hanya unconsciousness. Keluar dari kamar mandi aku masih tidak habis pikir kenapa gadis itu terus menghantui, huft.

-to be continued-

Sunday, November 20, 2011

Cewe Kece dan Sepatu Kets! (-part 2-)

Warteg Bangjo, warteg yang hampir setiap pagi ku kunjungi setelah berolahraga ria di TLJ. Warteg ini terletak setelah lampu abang-ijo di daerah RS Kariadi. Kali ini dengan perasaan senang dan semangat membara, aku memesan nasi dengan sayur capcay dan telur pedas. Entah kenapa, wajah cewe kece tadi tidak bisa kulupakan begitu saja, bahkan sesekali aku terlihat sumringah sendiri. 

"mas, kog senyum-senyum sendiri?" tanya Pak Jo, pemilik warteg.
"owh, ga papa pak, tadi ketemu temen lama." jawabku asal.
"ati-ati mas, tar keselek sendok!"
"hahaha, wah pak, ga mungkin, kalo keselek piring iya."

Enam ribu rupiah harga yang harus kubayar pagi itu, itu sudah cukup murah kalo kubandingkan dengan warung makan sekitar. Mungkin, karena dekat dengan Rumah Sakit sekaligus Fakultas Kedokteran UNDIP harga jadi lebih mahal. Paradigma bahwa kuliah kedokteran hanya untuk orang kaya, dan kalo ke Rumah Sakit berarti banyak duit menjadi alasan perbedaan harga yang cukup signifikan . Aku mulai merogoh kantung celanaku, seperti biasa disaat berolahraga aku tidak pernah membawa dompet tapi hanya membawa uang secukupnya untuk parkir dan sarapan. Namun, apa daya tangan tak sampai, hari itu tiba-tiba tampak suram. Semua kantong celana sudah ku rogoh, bahkan jog sepeda motor sudah kuperiksa tidak ada tanda-tanda keberadaan benda yang paling kubutuhkan pada saat itu, UANG. Entah lupa atau hilang, aku tidak punya uang, bahkan hanya sekedar untuk bayar parkir. ALAS, pikirku. 

"gimana mas?" 
"ah ga apa pak, cuma kog kayaknya saya lupa bawa uang."
"owalah, mas, makanya jangan suka ngelamun dan senyum-senyum sendiri, jadi lupa daratan kan?! yowes, besok-besok aja mas, masih sering sarapan disini toh?"
"oh, gitu ya pak, maaf pak, nanti uangnya langsung saya anterin kesini deh"
"nyante, lak wis mas"
"permisi, pak"

Sekarang tinggal satu masalahnya, PARKIR! Segera perhatikan kiri kanan, jalanan tampak sepi, berikutnya cari keberadaan tukang parkir sebelum mendekati motor. Ketika si "tuan tanah" sedang sibuk dengan kendaraan lain, barulah aku pergi ke arah yang berlawanan. Mission accomplish!

Sesampainya di kos, aku segera mandi membersihkan diri dari keringat, debu, kotoran dan kejadian memalukan tadi. Di kamar mandi tidak ada shower untukku mendramatisir keadaan, hanya ada gayung. Sembari menyiramkan air bersih ke atas kepalaku dan mengguyur menyelimuti badanku, mataku terpejam. Wajah itu melintas kembali di benakku. Tiba-tiba air deras yang mengguyur melalui gayung perlahan-lahan geraknya semakin lambat dan membeku. freeze. Waktu berhenti sejenak. Berhenti tepat ketika kepalaku sedang menengadah 45 derajat ke atas, dengan tangan kanan memegang gayung dan air mengalir tepat menutupi wajah gantengku nan rupawan. fade to black.

Semua gelap, satu-satunya cahaya adalah di utara dari tempat ku berdiri. Aku menuju utara asal cahaya itu, semakin dekat semakin silau, aku menghalangi silaunya dengan kedua tanganku. fade to white. Aku sudah berada di sebuah lapangan olahraga. TLJ. Tapi kali ini sepi, sama sekali tidak ada aktifitas. Sayup-sayup kudengar sebuah lagu, makin kumelangkah lagu itu semakin keras suaranya. Bukan lagu Senam Jantung Sehat yang biasa kudengar di tempat itu. 

-to be continued-

Monday, September 26, 2011

Gadis Cantik dan Keripik Singkong

Waktu itu tepat pukul 09.00 pagi, bel pertanda istirahat sudah berbunyi. Teman-temanku berlari berhamburan keluar seolah tidak ada hari esok untuk istirahat. "Kasian mereka" pikirku. Aku memang sengaja tidak beranjak dari tempat dudukku, bukan karena aku tidak punya uang, tapi kebetulan pagi itu aku sedang tidak ingin membuang waktuku. Lebih baik mengerjakan PR untuk jam 10.00 pagi itu.

Tidak lama kemudian ada seorang gadis berparas ayu nan rupawan. Wajahnya penuh dengan binar-binar cahaya. rambutnya yang panjang sebahu itu mengibas kekiri dan kekanan, seperti wiper di kaca mobil. Dengan kemeja putih dengan rok abu-abu, ia memberi senyuman manis padaku. Sedikit 'GR' sebenarnya . Namun, gengsi itu mengalahkan senyumnya. Aku cuek bagai tembok yang tak bergeming diterpa angin sepoi-sepoi.

Aku pikir ia hanya lewat, tapi tentu saja itu bukan cerita yang menarik.  Ia tidak sekedar lewat. Ia duduk tepat dibangku sebelah kananku. Aku sedikit tersentak kaget, tapi dalam hati. Aku hanya diam. Gadis itu menatapku tajam, sambil menunggu aku memulai bicara. Terkesan serius aku seolah tak menyadari kehadirannya.

"hai, lagi apa?" katanya
"ha? kamu tanya aku?" jawabku
"iya. emang siapa lagi?"
"owh, lagi belajar." jawabku sok cuek.
"nih, buat kamu." ia menyodorkan sebungkus kecil keripik singkong di atas buku yang sedang kupandang. Dengan kisaran waktu seperlima belas detik aku melirik padanya. Ia masih tersenyum.

"buatku?" tanyaku.
"iya, siapa lagi coba?" jawabnya sambil mengernyitkan dahi. Aku pun menatap sekelilingku. memang tidak ada orang lain selain kami berdua.
 "ayolah." rengeknya. "aku ikhlas kog." 
"makasih, uda, kamu makan sendiri aja." jawabku pura-pura ga mau.
"udah, ga usah malu. nih aku bukain buat kamu deh." ia kembali menyodorkan keripik singkong yang tampaknya pedas itu tepat kearah mulutku.  Dengan kasih dan perhatian yang sangat tinggi dari tatapan matanya. Mau tak mau, aku pun melahapnya dengan penuh cinta juga.

"enak?" tanyanya penuh perhatian.
"emmm, iya." jawabku jujur tak berdaya.
"aku punya banyak lho di tas, kalo kamu mau."
"ha? banyak? buat apa?"
"yah, siapa lagi, buat kamu dunk." jawabnya manja.
"owh, iya ya?" 

Kebetulan, pikirku. Sebenarnya memang kondisi kontong memang lagi kempes hari itu, dan lagi aku belum menyelesaikan PR yang harus dikumpulkan dalam waktu kurang dari satu jam. Gadis cantik dan keripik singkongnya mengubah hari suramku saat itu. Namun, percakapan itu belum berakhir. Sebagian temanku sudah mulai masuk kembali ke kelas. Tentu saja mereka masuk dengan tatapan heran tak percaya.

"eh, uda mau masuk, aku masuk dulu yah." katanya sambil berdiri mulai melihat ke jendela.
"eh, oh iya, makasih ya." jawabku sedikit ragu, ah seandainya masih ada satu jam lagi jam istirahatnya.
"owh, iya ada yang kelupaan."
"apaan?"
"itu tadi keripiknya harganya seribu rupiah. Besok aja bayarnya, ga apa. lagian ne juga uda mau masuk kelas. nanti kalo mau pesen ma aku aja ya, di kelas sebelah. daaaa!!!" teriaknya sambil meninggalkan kelas ku.

"oh, iya, seribu ya?" jawabku sedikit kecewa, dan perasaan indah tadi tiba-tiba suram dengan penuh kepahitan. ALAS!

Wednesday, September 7, 2011

Katanya Imaji lagi Suntuk?

Mungkin si Imaji bukan lagi suntuk tapi emang sebenernya dia lagi ga bisa nampang aja. Karena masih banyak hal yang ternyata menyibukkan dirinya. Tak apalah, paling tidak lembar ini tidak sampai mem-fosil.


Tuesday, June 28, 2011

Cewe Kece dan Sepatu Kets! (-part 1-)

Langkah kaki yang tegas menapak lingkaran tanah itu menggetarkan lututku. Dibalut dengan sepatu N*ke biru muda dengan kaos kaki pendek warna putih menambah manis gerak langkahnya. T-shirt putih dan celana pendek casual yang ia pakai menambah kesan sporty ditubuh atletisnya. Disempurnakan dengan rambut Shaggy sebahu di ikat dengan kucir biru muda berbahan karet dan menyisakan helaian rambut hitam lurusnya di sekitar telinga membuat ia makin tampak segar di paras eloknya.

Refleks, kakiku dengan gesit menyamakan langkah dengannya. Nafas yang tadi kurasakan berat seketika menjadi ringan dan aliran darah seakan mengalir deras dan lancar di sekujur tubuhku. Kini, aku sudah tepat berada di sebelahnya, lari bersamanya. Sembari sesekali melirik padanya, aku menyusun kata-kata yang tepat hanya untuk tau siapa namanya. Tiap kali memandang ke sebelah kiri, tiba-tiba waktu terasa semakin lambat, tiba-tiba dunia serasa di slow motion. Terlihat jelas wajah putihnya yang berkeringat disapu dengan rambut poninya yang indah. Adegan slow motion itu berakhir ketika matanya menatap tajam padaku.

"ngeliatin apa mas?" hardiknya tegas.

 Aku terdiam dan terpaku dalam gerakan yang sekali lagi di slo-mo dan ditambah dengan efek blur disekitar wajahnya. suara gadis itu hampir tak terdengar di telingaku. Yang ada hanyalah backsound lagu romantis karya Bryan Adams berjudul " everything I do (I do it for you )"

"mas!" teriaknya.

"eh, maaf!" kaget aku mendengar teriakannya dan adegan slo-mo tadi tiba-tiba hilang, efek blur juga tidak ada, apalagi backsound lagunya.
"maaf, mbak! tadi kirain temen saya. eh, ternyata salah, cuma mirip, hehehe."

"kalo lari jangan ngelamun mas, kalo nabrak gimana?kasian yang ditabrak dong."

"ah, iya mbak, maaf. soalnya mbaknya cantik siy, bahkan lebih cantik dari teman saya." Tiba-tiba kalimat itu keluar dengan sendirinya dari mulutku.

"idiihhhhh, gombal bekas deh!" katanya cuek sembari berlari lebih cepat dari biasanya.

"hahaha, ga apa mbak, asal gombal bekasnya dibawa terus sama mbaknya" jawabku dengan nafas tersengal-sengal berusaha mengejarnya. Apa daya fisik ini tak sejalan dengan keinginan hati.

Gadis itu semakin jauh dan semakin hilang dari pandanganku, bahkan dia pergi keluar pagar GOR  TRI LOMBA JUANG.

-to be continued-

Sunday, April 24, 2011

Terima Kasih

Suara dengung mesin itu menujukkan kegalauan. Pedih mendengar suara itu lebih lama, sampai udara pun jadi kelam akibat rengekan rongsok itu. Mungkin sudah sepantasnya benda itu dibuang saja, sudah tak layak, bahkan hanya merugikan saja pikirku. Benda itu sudah usang, bahkan hampir tak ada harapan lagi untuk diperbaiki. Buang saja.

Aku menariknya dengan sekuat tenaga dan peluh hanya untuk membuangnya. Aku lelah, bahkan benda ini masih saja merepotkanku disaat terakhirnya. Suara berat rengekan itu masih memekakkan telingaku. Udara hitam yang pekat masih kurasakan menusuk jantungku akibat asap penat kesakitan. Minyak-minyak hitam kepedihan pun mencoreng seluruh tubuhku, seperti getah lengket ditubuhku. Berat bebannya membuat tangan ku terluka penuh gores saat menariknya. Sudah cukup buang saja.

Seorang tua datang menghampiriku sambil tertawa geli. "Hahahaha. ada apa dengamu???direpotkan lagi oleh mesin usang itu??Kau ingin membuangnya?Sudah, berikan saja padaku, biar aku mengurusnya." katanya sombong. Aku dengan senang hati menyerahkan benda terkutuk itu padanya.

Tiga hari kemudian pak tua itu dengan gembira lewat di depan rumahku dengan sebuah mobil mewah dan suara mesin yang halus, tanpa asap sedikitpun. Seperti mobil impianku, harapku dalam hati. Kulihat detailnya dengan seksama, jelas itu bukan mobil sembarangan kataku, juga mesinnya pasti di desain untuk kemewahan tak terhingga. Pasti harganya selangit pikirku.

Dengan tersenyum kecil pak tua itu berkata padaku " Kau lihat mobilku???kau tidak mengenalinya kah??? itu mesin yang kau buang waktu itu. Di tangan yang tepat mesin rosok itu menjadi barang berharga bukan?! aku sudah menunggu lama agar kau menyerahkan semua itu padaku. Sudah cukup lama menunggumu minta bantuanku, tapi tampaknya kau bersikeras dengan dirimu sendiri. Kau tidak ingat aku hanya berada 2 inchi dari pagar rumahmu?! Sekarang ambillah, mobil itu milikmu."
240411

Tuesday, April 19, 2011

Once again, reborn!!!

"Hari ini sungguh menakjubkan bukan?!" tanya rumput hijau kepada ilalang. Rumput dan Ilalang itu telah bersama sejak kecil mereka sampai pada saatnya mereka pun sama tua. Sebenarnya mereka ada tiga, salah satunya adalah yang paling besar diantara mereka, namanya Ketela. Sudah kurang lebih 3 bulan mereka bersama.

Sejak pertama tumbuh mereka sama-sama dibuang oleh manusia, sebagai sampah. Rumput dan Ilalang adalah yang paling cepat tumbuh dan berkembang diantara ketiganya. rumput paling pendek, namun cepat berkembang biak, Ilalang tinggi namun perkembangannya tak secepat rumput. Sedangkan, Ketela yang paling lama tumbuhnya, bahkan pada saat rumput dan ilalang sudah dewasa, ketela baru saja memunculkan daun pertamanya.Tidak disangka dalam waktu singkat mereka sudah tumbuh dewasa. Rumput sudah menguasai area yang cukup luas, ilalang sudah mengeluarkan bunga-bunga putihnya dan semakin banyak tumbuh, ketela pun tanpa disadari sudah sangat tinggi, hampir menyentuh langit dari sudut pandang rumput. Kaki-kaki ketela pun sangat kuat dan berisi.

Di bulan ketiga, manusia itu datang lagi, kali ini membawa tiga buah benda. Pertama ia membawa parang besi dengan gagang kayu yang dibalut dengan karet, yang kedua dia membawa minyak tanah sebanyak dua gelas, dan sebuah korek api. Pertama manusia itu menebas habis sang ilalang sampai rubuh semuanya, kemudian ia mencabuti rumput-rumput dengan tangan kosongnya. Manusia itu menumpuknya di sebuah tumpukan kayu. Di saat lelah dan lapar manusia itu melihat ke arah ketela, manusia itu mencabutnya sampai keakar-akarnya. Ia mematahkan kaki-kaki ketela yang kuat dan berisi. Kemudian ia langsung menyiram tumpukan rumput dan ilalang itu dengan minyak yang dibawanya dan membakar semuanya. Manusia itu mengumpulkan kaki-kaki ketela untuk dibakar dan dimakannya. Semua habis.

Dua minggu setelah kejadian tragis itu, rumput dan ilalang sudah musnah, yang tersisa abu-abu mereka. Tiba-tiba angin bertiup kencang, menyapu abu-abu itu. Terlihat sebuah pucuk berwarna hijau di antara hitam legam arang dan kelabunya abu. Ketela itu lahir kembali, bahkan tampak lebih hijau dari mulanya. Di antara kelamnya arang dan kelabunya abu, ia mebawa keindahan. Sekali lagi, Ia lahir kembali.
190411 

Monday, April 18, 2011

Cukup singkat, hanya sekejap saja.

Ketika tadi memasuki sebuah ruang yang berukuran sempit dan bertemu dengan beberapa rekan, aku terhenti sejenak dari langkahku. Diam, sekejap saja. Namun dalam waktu yang super singkat itu, ada rentetan peristiwa yang terekam dalam benakku. Seperti kumpulan klip-klip kejadian yang sudah kualami dalam hidup atau hanya sekedar ilusi dan imaji yang sekedar melintas acuh. Sekali lagi semua itu hanya sekejap saja.

Aku pernah mempunyai telepon genggam dilengkapi dengan perekam gambar dan video. Alat itu mampu merekam sampai 30 gambar dalam satu detik. Aku takjub pada masa itu. Sewaktu masih kecil akupun pernah menonton serial kartun Tom & Jerry, setiap tayangan berdurasi 5-8 menit. Dalam 5 menit kartun tersebut ternyata memerlukan paling tidak 2000 lembar gambar. Luar biasa pikirku. Dan itu hanya sekejap saja.

Entah apa yang aku harapkan dari perhentian sejenak itu, tapi itu cukup membuatku bertanya-tanya. Ada apa dengan waktu? Apakah dia berhenti karena lelah menjalani lingkaran yang tak pernah ada habisnya? Apakah dia juga terlalu suntuk untuk menatap hari itu? Semua memang singkat. Hanya sekejap saja, namun waktu itu berhenti. Dalam singkatnya waktu aku dibawa untuk berlari-lari mengitari masa lalu dan masa depan, melewati ilusi dan imaji, melampaui sugesti dan intuisi. Aku kagum, hanya dalam sekejap saja.

"Tik", suara dentang jarum tipis nan paling panjang dari kedua rekannya itu mulai melangkah lagi. Sekejap tadi sudah berakhir. Aku disadarkan pada masa kini. Aku dihadapkan pada pandangan realitas lagi. Ketika ku ulangi sekejap ternyata sungguh singkat, bahkan aku tidak bisa membayangkan satu klip saja sebuah kejadian. Tidak ada kata kembali, jua kata berhenti. Waktu terus berlari.
180411

Saturday, April 16, 2011

Dua Rel dan Satu Gerbong Kereta

Hari ini aku pergi berjalan ke sebuah stasiun di tempatku berdiam. Aku melihat banyak sekali orang di dalamnya, hampir penuh sesak bahkan untuk ukuran stasiun yang menurutku cukup luas dibandingkan lapangan bola di sekolahku dulu. Selain itu, aku melihat ada puluhan pedagang asongan yang dengan gigihnya menjajakan makanan yang hendak mereka jual pada penumpang kereta. Namun yang paling menarik perhatianku adalah sebuah gerbong kereta tua tertunduk lesu di hadapan dua buah rel yang berlawanan arah.

Aku kemudian mendekat dan mencoba melihat lebih jelas. Kereta tua itu memang tampak usang tapi masih jelas ia dapat berfungsi maksimal, terlihat dari roda yang mengkilat tergesek baja dan rangka-rangka yang berminyak legam. Namun ketika aku perhatikan lebih dalam lagi, tampak jelas kenapa kereta ini tak mau berlari bersama rombongannya. Kaki-kaki gagahnya tidak lagi menginjak jalan yang benar, ia terjerembab pada tanah yang diselimuti rumput hijau.

Aku berdiri di depan gerbong kereta itu. Aku membayangkan posisinya pada saat itu, Ia sedang bingung kurasa. Di hadapannya ada dua rel kereta, masing-masing menuju arah berlawanan, timur dan barat. Ia tidak mampu melangkahkan kakinya walau sejenak. Ia takut dan mungkin terlalu takut untuk memilih lajur yang tepat. Ia tidak yakin bagaimana ia harus memilih, apakah ia harus ke timur atau barat. Sampai saat ini ia sama sekali tidak mampu memilih.

Kemudian aku bertemu seorang berseragam. Ia adalah seorang pegawai disitu, yang mengurus lajunya kereta. Aku bertanya pada bapak setengah baya itu kenapa satu gerbong ini tidak difungsikan. Si bapak hanya menjawab kalo gerbong itu tidak ada gunanya. Aku terdiam sejenak dan kembali menatap kereta usang itu dengan tajam.

Friday, April 15, 2011

Sudah cukup, aku muak!

Aku melihat laut tadi pagi, sama seperti kemarin, warnanya masih biru. Seperti biasa aku pandangi laut itu sampai bosan, tidak ada yang aneh, ia tetap tenang dan dingin. Melihat semua itu aku lalu menyentuhnya berharap aku dapat merasakan ketenangannya, tapi sayang hanya dingin yang menekan, tidak lebih.


Satu jam kemudian angin menghardik wajah murungku, seolah ia tahu bahwa aku sedang sakit. Mengagetkanku dengan hentakan keras dan menghentikan lamunan kosongku terhadap putihhnya awan. Aku jadi menyadari bahwa hanya alam yang membuatku terjaga dari kekosongan. Laut yang mengajari aku ketenangan dan angin yang menyadarkanku dari kehampaan.Tidak kurang sang awan yang memberiku lukisan indah untuk selalu kupandang ketika aku terdiam.

Bersatu dengan alam membuat aku mengerti banyak hal. Bahwa, hidup tak sesempit jalan pikiranku dan kehidupan tak hanya selebar daun talas. Aku hanya ingin belajar bagaimana mengenal alam ini dari hari-hariku.Sesempit apapun itu aku terus mencoba memahami bagaimana alur daun-daun membentuk pola uniknya. Mungkin memang aku bukanlah seorang jenius yang mudah dalam mengerti banyak hal, tapi paling tidak aku masih belajar sampai detik ini.

Aku akui bahwa banyak hal menjadi runyam ketika aku mulai meneliti satu persatu tabir alam. Kemarin aku mengacaukan jalannya sinar surya pada sebuah sarang semut. Dua hari yang lalu aku juga tidak sengaja menghancurkan rumah bagi burung pipit hanya karena ingin melihat telur-telur mengeluarkan mahluk hidup yang baru. Tapi maafkanlah kesalahan itu, aku hanya ingin belajar.

Aku tidak suka ketika dalam pembelajaranku akan alam dan seisinya, duri-duri tajam itu menusukku. Aku juga tidak suka ketika aku berlari menikmati indahnya mentari, jerat itu menjatuhkanku. Aku tidak suka terlebih pada saat aku menikmati cantiknya bunga ilalang, dan kau menebasnya dengan tanganmu. Keegoisanku bukan tak beralasan, bagaimana bisa aku melihat indahnya dunia tapi kau menutup mataku?? Bagaimana mampu aku mendengar kicauan burung di saat kau menutup telingaku?? Bagaimana mungkin aku bisa mengecap manisnya madu hutan jika kau mengunci mulutku???

Sudah cukup, aku muak! aku masih ingin berbicara pada angin, bercanda pada awan dan berbaring bersama laut.
150411

Thursday, April 14, 2011

Padanya yang Bimbang

ketika disini merasa sepi
sewaktu melepaskan diri dari penat
sesaat luput dari kesesakan
yang terlihat adalah hampa

mencari sesuatukah?
ato seseorang?
yang jujur terkadang samar
bahkan bagi yang aq tau sekalipun

pikirku akan dapatkan yang terbaik
dari apa yang disebut keputusan
namun yang ada hanyalah berita
yang berisi keputusasaan

mencoba kembali berdiri
dari sesuatu yang kuanggap letih
dari jatuhnya pada lantai berduri
seakan membuatku mati

hayalku jika bisa aq berdiri
meraih kembali yang tercuri
seakan dapat kudekap kembali
sang mentari yang bersinar lagi

namun tak semuanya nyata
kadang itu semua hanya harap semu
yang tak pernah dirasa ada
yang semakin memakan asa

impiku akan harapan yang tidak hiang
tentang indahnya hari esok
mengenai hembusan angin kepada embun pagi
dan pergi memandang sinar pagi

adakah masih waktu untuk itu
yang bahkan aq tidak pernah tau
seakan tidak pernah ragu memakan ragaku
seperti sayatan beribu debu

yakinku bangkit lagi
ketika kudengar kicau burung padi
dan percikan hangat mentari
kepada pemilik hati

kini semua kembali kepada hari-hari
yang memang harus dijalani
baik kini atau nanti
berjuang menggapai impi.
030311

Ini aku

kepada sang Arsitek agung..

ini aku,seorang kuli yang mencoba membuat bangunan ku sendiri..
ini juga aku yang menata ruang untukku seorang..

ya,ini aku..
yang kali ini tak bisa lari dari rancang bangun ku sendiri..
yang tersesat pada labirin yang kubuat..

lagi-lagi ini aku..
telah salah meletakkan batu pertamaku..
telah gagal memasang pondasiku..

ya,aku tahu, ini aku..
kemarin aku bangga akan rancanganku..
kemarin aku juga sombong terhadap maha karyaku..

kali ini aku tahu..
tak pernah aku tunjukkan padamu..
tak pernah minta saranmu atas rancangku..
tak pernah mau melihat desain sempurnamu..

maaf, ini aku..
mengakui kegagalan proyekku..
mengakui kelemahan pondasiku..
mengakui buruknya rancanganku..

ini aku..
mohon ajari aku melihat desain buatanmu..
mohon bantu aku memasang pondasi ciptaanmu..
mohon bimbing aku menjadi kuli bangunan milikmu.. 
030311

Sebenarnya, Senyum itu ADA

Adalah sesuatu yang hendak tercantum ke dalam sekelebat cahaya putih yakni racikan bayang-bayang hitam yang menjelma kepada kehampaan yang berada pada isi-isi kosong.

Mungkin sulit untuk menjalani sesuatu yang dinamakan ‘hidup’, tapi tidakkah kau juga merasakan adanya garis-garis indah di dalamnya?atau setidaknya sedikit mencium harumnya kebersamaan. Maafkan bila memang ternyata kulitmu mati rasa atau hidungmu tersumbat, seandainya ada cara yang dapat membuatmu melihat gerakan semu dari sebuah kenyataan kepuasan pada kegembiraan, apakah kau juga buta?? Sudahlah, yang pasti aku hanya ingin berbagi padamu.

Kita terkadang merasa bosan, jenuh dan kadang jua suntuk melihat apa yang selalu terjadi secara berulang-ulang, aku pun iya. Semuanya persis sama atau kalau boleh dikata mirip. Memang tercium adanya perubahan, sedikit atau banyak, seolah menunjukkan adanya pergantian kisi hidup, harumkah?? Semua itu ada jawabnya, hanya kau yang tau. Jangan kau tanya aku, milikmu adalah kepunyaanmu tidaklah berhak aku tau. Namun, dari apa yang aku rasakan, dengan tanpa melibatkan perasaanmu, yang terjadi adalah perpaduan progresivitas dan sahabatnya regresivitas di dalam satu keadaan waktu dimana mereka berpautan erat sembari mengisi kehampaan. Kalau kau jenuh, seperti halnya kau membaca tulisan yang pernah aku buat ini, berarti kau hanya melibatkan mereka tanpa peduli hal-hal lain yang dapat diikut-sertakan. Hanyalah perpaduan yang membosankan, bukan?! Jangan salahkan aku jika memang hidupmu membosankan dan membuatku juga suntuk di dekatmu. Maka dari itu aku sungguh ingin berbagi, bersediakah?? Teruslah membaca, kau akan tau jawabannya, tapi sekali lagi aku ingatkan semua itu hanya dari dirimu.

Dulu aku juga merasakan hal yang sama, yaitu kehampaan. Merasa bahwa hidup hanya sekedar hal yang itu-itu saja. Tapi sebenarnya tidaklah demikian, ada sesuatu yang indah di dalamnya. Bukan aku sok tau atau mengada-ada, tapi jujurlah sesungguhnya kamu juga pernah merasakannya, seperti pertama kali kau merasakan potongan pertama ayam bakar terlezat yang pernah kau makan di warung makan favoritmu. Jika tidak, mohon maafkanlah kelancanganku. Memang benar jika aku pernah bosan, tidak juga aku pungkiri jika kelak aku kembali merasakan hal yang sama atau bahkan lebih buruk. Tapi, setidaknya aku pernah merasakan kebahagiaan yang tidak sebentar kurasakan bagiku dan lebih indah lagi jika aku tau kalau aku pernah berbagi denganmu.

Memandang kebencian juga menghimpun dendam yang sampai kini belum terlampiaskan, haruskah aku lanjutkan?! Salah, jika aku memberanikan diri menjawab iya. Mungkin, berlaku sebaliknya bagimu, aku tidak menuntut kesamaan pendapat darimu. Memang ketika aku dililit kemarahan dan rasa kecewa semua itu bagaikan irisan-irisan tajam, bahkan berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan kepuasan dalam perencanaan pembalasan yang terkejam dan kuanggap setimpal. Tapi tidak pernah aku lanjutkan semua itu, hanya menjadi tumpukan-tumpukan sampah di hatiku, benci aku mengakuinya kalau aku juga mendendam terhadap semuanya. Dunia ini tidak adil bagiku, kenapa aku disakiti?! Apakah aku juga pernah melakukannya untukmu?! Sudahlah, yang lalu lupakanlah, namun berikan tempat bagi kenangan. Karena dialah yang memberiku kesempatan untuk mengingat kebahagiaanku yang sesaat itu. Banyak sekali yang membuat aku dan kau menjadi lemah dalam menjalani sesuatu yang kita sebut hidup itu. Seolah-olah semua yang kita lakukan sia-sia, iya-kah?? Bagiku tidaklah demikian, semua itu bisa disiasati seperti halnya kita berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun, sekali lagi semua itu bermula dari diri sendiri. Kebosanan dan kejenuhan adalah virus yang makin lama menggerogoti seluruh kehidupan kita, mau-kah?? Aku akui tidaklah mudah mengalahkan kejenuhan itu, juga tidaklah cepat menaklukkannya. Kita semakin terpuruk oleh hal-hal yang tampak sama setiap harinya, itulah satu titik kelemahan aku atau juga dirimu, haruskah menyerah?? Ditambah lagi ternyata orang-orang terdekat kita malah sama sekali tidak memberi dukungan bahkan terkadang malah menjatuhkan, tidak sedikit yang malah memberikan kepahitan-kepahitan baru di dalam kehidupan yang kita harapkan indah. Apakah dengan ini kita harus menjadi takut untuk mencari dan menggapai kebahagiaan karena dihantui oleh keterpurukan dan kenyataan pahit?? Ada yang dikhianati sahabat terbaiknya, ada yang disakiti oleh orangtuanya sendiri, ada yang ditinggalkan kekasihnya, ada yang diceraikan, ada yang disiksa, dan ada bermacam-macam hal yang lain lagi yang membuat kita merasa bahwa semua ini tidak adil bagi kita, aku dan kamu. Sampai-sampai kita menyalahkan Tuhan, Sang Pencipta, tepat-kah itu?? Kau tau jawabannya.

Ketika menjalani waktu demi waktu, secara langsung atau tidak, sebenarnya ada sedikit atau malah mungkin begitu banyak hal yang membuatku merasa layak untuk tersenyum, begitupun juga engkau.
060311

Sepi..

Aku terpuruk sepi

Kian tertunduk kosong

Panas surya dahagakan hati

Terasa perih di raga yang kopong

                Mengapa ada perahu terdampar

                Kenapa harus angin melaju

                Untuk apa kias dirangkai

                Terikat hati yang terdiam, koyak..

Secercah harap kian menanti

Tak ada yang berani pasti

Melihat duri di jalanan sepi

Merapikan tujuan yang tak bertepi

                Hanya pada dia penjaga hati                                                                 

                Kuserahkan jiwa sepi

                Agar tiada tangis lirih

                Terperangkap pedih      
060311

Ini untukmu Dewi Malam

Ketika dian-dian mulai menampakkan sinar

Jua awan tertutup gulita, tidurkan Sang Surya

Adalah suara tapak-tapak kaki menghampiri

Dalam gelap mendekat kian kemari

    Adakah matamu sayup pada temarammnya waktu?

    Ataukah dinginnya angin memaksamu menutup pintu?

    Bukan! jawabmu pada kejaran waktu.

    Tidak! Marahmu pada terpaan udara pilu.

Dalam secarik kertas hitam kau lukiskan garis putih

Melalui air berwarna-warni juga kau tampilkan isi hati

Bahkan hitam tak urungkan niatmu

Melepaskan keluh pada sebuah harapan semu

    Akupun tertunduk pada penyangga jiwa

    Mendengar rintih dalam kegalauan malam

    Berisikan abu dalam perjumpaan fana

    Dan membuang dahaga yang ditelan guratan kelam

Hentikan langkah kecilmu yang kian menjauh

Temani aku hingga gelap tak lagi merangkulku.130311

Kopi Luwak

Dua hari yang lalu daku diminta untuk menemani 2 orang turis dari Jerman, Dietmar dan Rita. Mereka Berdua adalah suami istri yang hobi jalan-jalan ke luar negeri termasuk Indonesia. Perjalanan mereka kali ini hanya dengan 1 tujuan pasti, yaitu, melihat hewan  Luwak yang katanya dapat menghasilkan kopi terbaik se dunia.

Pada hari pertama di Semarang mereka tidak mau beristirahat dahulu mereka ingin melihat kebun kopi. Kami langsung menuju Kampung Kopi Banaran, yang terletak di daerah Banaran dekat Bawen. Disana kami hanya melihat kebun kopi dan mencicipi kopi asli banaran. Hanya kata "lumayan" yang keluar dari mulut Dietmar. Berarti kami memang harus menyuguhkan kopi yang jauh lebih baik untuk memuaskan hasrat turis yang satu ini.

Di hari kedua, kami menuju Jepara, yang katanya punya penangkaran Luwak. Sesampainya disana kami menjumpai sebuah rumah terbuat dari kayu, tampak kotor dan tak terurus. Namun, di bagian depan tampak ornamen-ornamen kayu yang dipahat dengan indah menyerupai bentuk-bentuk benda, patung dan pemandangan. Karya yang luar biasa, pikirku dalam hati. Sekali lagi, Dietmar tidak tertarik. Ia langsung menuju kandang kayu yg berlubang-lubang. Hanya ada satu ekor Luwak didalamnya, dan itupun tampak tak terurus. Ia sangat bersemangat mengambil gambar Luwak itu berkali-kali bahkan sampai direkam video. Daku sempat kagum, salut dan sedikit agak heran, karena menurut daku tak ada yang spesial dari hewan tersebut. Setelah itu daku mulai menceritakan proses pembentukan kopi Luwak dan penyajiannya dan juga alasan kenapa kopi tersebut sangat mahal seperti halnya yang disampaikan oleh pak Jamal (kalo ga salah, lupa soalnya), si tuan rumah.

Tak lama kemudian, pak Jamal menyuguhkan kami beberapa kilo kopi Luwak yang sudah di kemas seadanya. Ada yang sudah bersih dan ada yang masih kotor masing-masing berbeda harganya. Yang kotor dihargai Rp. 950 ribu, padahal yang ini sama sekali belum dibersihkan dari kotoran si Luwak, denga alasan agar kami tau kalo ini asli dari kotoran Luwak. Sama sekali tidak menggugah seleraku. Sedangkan yang bersih dihargai Rp 100ribu lebih mahal, dengan alasan karena sulit membersihkan satu-persatu biji kopi dari kotoran Luwak dan kulit ari buah kopi itu sendiri. Melihat semua itu, Dietmer langsung tertarik membeli satu kilo kopi yang sudah dibersihkan. Bahkan, tanpa tawar menawar terlebih dahulu. Hanya itu, dan kami kembali ke Semarang setelah menuju beberapa tempat wisata.

Melihat proses pembentukannya Kopi Luwak merupakan Kopi terjorok yang pernah daku lihat. Namun dari segi rasa, Kopi Luwak mendapat predikat kopi terbaik sedunia. Memang dalam menilai sesuatu kita terkadang hanya melihat dari sisi yang buruk, atau kalo dalam hidup, hanya melihat proses yang menyakitkan. Namun, semua itu hilang ketika kita bisa merasakan hasil yang kita dapatkan, dan melihat keindahan dari proses pembentukan itu.

Adakah Disana Kau Rindukan Aku ? ? ?

Barusan daku mendengar lagu dari Kerispatih, yang berjudul Mengenangmu. Membuat daku teringat seseorang yang sudah meninggal. Seorang yang pernah menjadi cerita di sisi lain kehidupanku.Ia seorang yang unik. Semasa SMA, daku sempat satu sekolah dengannya. Seorang senior di ekstrakurikuler kePramukaan di sekolah. Ia seorang dengan fisik sederhana, bertubuh kecil, kulit kuning langsat, dan rambut pendek yang khas. Secara umur dirinya memang lebih tua dariku, genap setahun, karena kami memang berulang-tahun di tanggal dan bulan yang sama. Dirinya adalah seorang kakak kelas di tempatku bersekolah.

Awal mula bertemu, adalah pertama kali daku masuk organisasi yang pada saat itu paling santai dan tak ribet. Cukup datang, latihan sebentar, ikutan lomba(kalo ada), trus nunggu kemah deh. Disana ia menggunakan pakaian pramuka lengkap dan rapi sedangkan daku hanya seragam berwarna krem-coklat tanpa embel-embel apapun. Karena seorang anggota regu baru, suasana masih canggung, terutama pada senior-senior yang berpakaian rapi. Di halaman depan ruang Pramuka, para senior bersenda gurau sambil bersih-bersih. Hanya daku yang tampak santai dan bingung mau ngapa-ngapain. Gadis itu datang dan memperkenalkan namanya dan mulai bertanya-tanya mengenai diriku dan alasanku ikut keanggotaan. Aku hanya menjawab seadanya.

Lama-kelamaan, kePramukaan menjadi bagian daku. Semula hanya ingin memenuhi kewajiban sekolah, daku malah bersemangat, bahkan antusias. Karena sudah mengenal semua orang, suasana semakin asik dan naluriku untuk memeriahkan suasana bangkit. Tanpa daku sadari, gadis itu tampak memberi perhatian lebih. Setiap jam istirahat dirinya selalu membawakan daku sebuah donat yang ditaburi coklat dan sebuah aqua cup, terkadang bersama beberapa permen. Daku tak pernah menganggap itu hal yang spesial.


Di sekolah dirinya menyebutku "Dewa Senyum". Daku tak begitu mengerti apa maksudnya. Suatu kali, daku bertanya apa maksudnya dia memanggilku seperti itu. Jawabnya, karena daku memberikan senyum buatnya dan anggota Pramuka, memang daku menjengkelkan katanya, tapi dirinya tak bisa menahan tawa saat daku mulai beraksi. Bahkan, pada saat mereka marah, mereka pun tak dapat menahan tawa. Di depanku, dirinya tak bisa serius, katanya. Tak ada kata JAIM.

Suatu hari, setelah beberapa lama daku aktif di keanggotaan gadis itu menelpon kerumahku. Dan itu menjadi kebiasaannya. Hari itu nada bicaranya berbeda, suaranya bergetar menandakan kegugupannya. Di telepon dia selalu memujiku dengan canda tawaku, sampai tak sengaja kudengar kata 'suka' darinya. Daku pura-pura tak mendengar, agar tak salah tangkap. Namun, dirinya tak pernah mengulangi kata itu lagi.

Itu adalah sebagian dari cerita tentang gadis itu. Masih terlalu banyak cerita tentangnya. Namun, sekarang dirinya sudah tiada. Dirinya telah meninggal karena kecelakaan tragis. Mungkinkah dirinya masih mencintaiku???? Daku tidak tau. Daku dan dirinya telah lama tak bersua, sampai pada akhirnya mendengar kabar dirinya telah tiada lebih dari satu tahun yang lalu.

Daku hanya bisa minta maaf atas hal di masa lalu yang tak dapat diselesaikan, semoga dirinya meninggal dalam damai. Dan tulisan ini hanya daku persembahkan untuk mengenangnya.070312