Sunday, April 24, 2011

Terima Kasih

Suara dengung mesin itu menujukkan kegalauan. Pedih mendengar suara itu lebih lama, sampai udara pun jadi kelam akibat rengekan rongsok itu. Mungkin sudah sepantasnya benda itu dibuang saja, sudah tak layak, bahkan hanya merugikan saja pikirku. Benda itu sudah usang, bahkan hampir tak ada harapan lagi untuk diperbaiki. Buang saja.

Aku menariknya dengan sekuat tenaga dan peluh hanya untuk membuangnya. Aku lelah, bahkan benda ini masih saja merepotkanku disaat terakhirnya. Suara berat rengekan itu masih memekakkan telingaku. Udara hitam yang pekat masih kurasakan menusuk jantungku akibat asap penat kesakitan. Minyak-minyak hitam kepedihan pun mencoreng seluruh tubuhku, seperti getah lengket ditubuhku. Berat bebannya membuat tangan ku terluka penuh gores saat menariknya. Sudah cukup buang saja.

Seorang tua datang menghampiriku sambil tertawa geli. "Hahahaha. ada apa dengamu???direpotkan lagi oleh mesin usang itu??Kau ingin membuangnya?Sudah, berikan saja padaku, biar aku mengurusnya." katanya sombong. Aku dengan senang hati menyerahkan benda terkutuk itu padanya.

Tiga hari kemudian pak tua itu dengan gembira lewat di depan rumahku dengan sebuah mobil mewah dan suara mesin yang halus, tanpa asap sedikitpun. Seperti mobil impianku, harapku dalam hati. Kulihat detailnya dengan seksama, jelas itu bukan mobil sembarangan kataku, juga mesinnya pasti di desain untuk kemewahan tak terhingga. Pasti harganya selangit pikirku.

Dengan tersenyum kecil pak tua itu berkata padaku " Kau lihat mobilku???kau tidak mengenalinya kah??? itu mesin yang kau buang waktu itu. Di tangan yang tepat mesin rosok itu menjadi barang berharga bukan?! aku sudah menunggu lama agar kau menyerahkan semua itu padaku. Sudah cukup lama menunggumu minta bantuanku, tapi tampaknya kau bersikeras dengan dirimu sendiri. Kau tidak ingat aku hanya berada 2 inchi dari pagar rumahmu?! Sekarang ambillah, mobil itu milikmu."
240411

Tuesday, April 19, 2011

Once again, reborn!!!

"Hari ini sungguh menakjubkan bukan?!" tanya rumput hijau kepada ilalang. Rumput dan Ilalang itu telah bersama sejak kecil mereka sampai pada saatnya mereka pun sama tua. Sebenarnya mereka ada tiga, salah satunya adalah yang paling besar diantara mereka, namanya Ketela. Sudah kurang lebih 3 bulan mereka bersama.

Sejak pertama tumbuh mereka sama-sama dibuang oleh manusia, sebagai sampah. Rumput dan Ilalang adalah yang paling cepat tumbuh dan berkembang diantara ketiganya. rumput paling pendek, namun cepat berkembang biak, Ilalang tinggi namun perkembangannya tak secepat rumput. Sedangkan, Ketela yang paling lama tumbuhnya, bahkan pada saat rumput dan ilalang sudah dewasa, ketela baru saja memunculkan daun pertamanya.Tidak disangka dalam waktu singkat mereka sudah tumbuh dewasa. Rumput sudah menguasai area yang cukup luas, ilalang sudah mengeluarkan bunga-bunga putihnya dan semakin banyak tumbuh, ketela pun tanpa disadari sudah sangat tinggi, hampir menyentuh langit dari sudut pandang rumput. Kaki-kaki ketela pun sangat kuat dan berisi.

Di bulan ketiga, manusia itu datang lagi, kali ini membawa tiga buah benda. Pertama ia membawa parang besi dengan gagang kayu yang dibalut dengan karet, yang kedua dia membawa minyak tanah sebanyak dua gelas, dan sebuah korek api. Pertama manusia itu menebas habis sang ilalang sampai rubuh semuanya, kemudian ia mencabuti rumput-rumput dengan tangan kosongnya. Manusia itu menumpuknya di sebuah tumpukan kayu. Di saat lelah dan lapar manusia itu melihat ke arah ketela, manusia itu mencabutnya sampai keakar-akarnya. Ia mematahkan kaki-kaki ketela yang kuat dan berisi. Kemudian ia langsung menyiram tumpukan rumput dan ilalang itu dengan minyak yang dibawanya dan membakar semuanya. Manusia itu mengumpulkan kaki-kaki ketela untuk dibakar dan dimakannya. Semua habis.

Dua minggu setelah kejadian tragis itu, rumput dan ilalang sudah musnah, yang tersisa abu-abu mereka. Tiba-tiba angin bertiup kencang, menyapu abu-abu itu. Terlihat sebuah pucuk berwarna hijau di antara hitam legam arang dan kelabunya abu. Ketela itu lahir kembali, bahkan tampak lebih hijau dari mulanya. Di antara kelamnya arang dan kelabunya abu, ia mebawa keindahan. Sekali lagi, Ia lahir kembali.
190411 

Monday, April 18, 2011

Cukup singkat, hanya sekejap saja.

Ketika tadi memasuki sebuah ruang yang berukuran sempit dan bertemu dengan beberapa rekan, aku terhenti sejenak dari langkahku. Diam, sekejap saja. Namun dalam waktu yang super singkat itu, ada rentetan peristiwa yang terekam dalam benakku. Seperti kumpulan klip-klip kejadian yang sudah kualami dalam hidup atau hanya sekedar ilusi dan imaji yang sekedar melintas acuh. Sekali lagi semua itu hanya sekejap saja.

Aku pernah mempunyai telepon genggam dilengkapi dengan perekam gambar dan video. Alat itu mampu merekam sampai 30 gambar dalam satu detik. Aku takjub pada masa itu. Sewaktu masih kecil akupun pernah menonton serial kartun Tom & Jerry, setiap tayangan berdurasi 5-8 menit. Dalam 5 menit kartun tersebut ternyata memerlukan paling tidak 2000 lembar gambar. Luar biasa pikirku. Dan itu hanya sekejap saja.

Entah apa yang aku harapkan dari perhentian sejenak itu, tapi itu cukup membuatku bertanya-tanya. Ada apa dengan waktu? Apakah dia berhenti karena lelah menjalani lingkaran yang tak pernah ada habisnya? Apakah dia juga terlalu suntuk untuk menatap hari itu? Semua memang singkat. Hanya sekejap saja, namun waktu itu berhenti. Dalam singkatnya waktu aku dibawa untuk berlari-lari mengitari masa lalu dan masa depan, melewati ilusi dan imaji, melampaui sugesti dan intuisi. Aku kagum, hanya dalam sekejap saja.

"Tik", suara dentang jarum tipis nan paling panjang dari kedua rekannya itu mulai melangkah lagi. Sekejap tadi sudah berakhir. Aku disadarkan pada masa kini. Aku dihadapkan pada pandangan realitas lagi. Ketika ku ulangi sekejap ternyata sungguh singkat, bahkan aku tidak bisa membayangkan satu klip saja sebuah kejadian. Tidak ada kata kembali, jua kata berhenti. Waktu terus berlari.
180411

Saturday, April 16, 2011

Dua Rel dan Satu Gerbong Kereta

Hari ini aku pergi berjalan ke sebuah stasiun di tempatku berdiam. Aku melihat banyak sekali orang di dalamnya, hampir penuh sesak bahkan untuk ukuran stasiun yang menurutku cukup luas dibandingkan lapangan bola di sekolahku dulu. Selain itu, aku melihat ada puluhan pedagang asongan yang dengan gigihnya menjajakan makanan yang hendak mereka jual pada penumpang kereta. Namun yang paling menarik perhatianku adalah sebuah gerbong kereta tua tertunduk lesu di hadapan dua buah rel yang berlawanan arah.

Aku kemudian mendekat dan mencoba melihat lebih jelas. Kereta tua itu memang tampak usang tapi masih jelas ia dapat berfungsi maksimal, terlihat dari roda yang mengkilat tergesek baja dan rangka-rangka yang berminyak legam. Namun ketika aku perhatikan lebih dalam lagi, tampak jelas kenapa kereta ini tak mau berlari bersama rombongannya. Kaki-kaki gagahnya tidak lagi menginjak jalan yang benar, ia terjerembab pada tanah yang diselimuti rumput hijau.

Aku berdiri di depan gerbong kereta itu. Aku membayangkan posisinya pada saat itu, Ia sedang bingung kurasa. Di hadapannya ada dua rel kereta, masing-masing menuju arah berlawanan, timur dan barat. Ia tidak mampu melangkahkan kakinya walau sejenak. Ia takut dan mungkin terlalu takut untuk memilih lajur yang tepat. Ia tidak yakin bagaimana ia harus memilih, apakah ia harus ke timur atau barat. Sampai saat ini ia sama sekali tidak mampu memilih.

Kemudian aku bertemu seorang berseragam. Ia adalah seorang pegawai disitu, yang mengurus lajunya kereta. Aku bertanya pada bapak setengah baya itu kenapa satu gerbong ini tidak difungsikan. Si bapak hanya menjawab kalo gerbong itu tidak ada gunanya. Aku terdiam sejenak dan kembali menatap kereta usang itu dengan tajam.

Friday, April 15, 2011

Sudah cukup, aku muak!

Aku melihat laut tadi pagi, sama seperti kemarin, warnanya masih biru. Seperti biasa aku pandangi laut itu sampai bosan, tidak ada yang aneh, ia tetap tenang dan dingin. Melihat semua itu aku lalu menyentuhnya berharap aku dapat merasakan ketenangannya, tapi sayang hanya dingin yang menekan, tidak lebih.


Satu jam kemudian angin menghardik wajah murungku, seolah ia tahu bahwa aku sedang sakit. Mengagetkanku dengan hentakan keras dan menghentikan lamunan kosongku terhadap putihhnya awan. Aku jadi menyadari bahwa hanya alam yang membuatku terjaga dari kekosongan. Laut yang mengajari aku ketenangan dan angin yang menyadarkanku dari kehampaan.Tidak kurang sang awan yang memberiku lukisan indah untuk selalu kupandang ketika aku terdiam.

Bersatu dengan alam membuat aku mengerti banyak hal. Bahwa, hidup tak sesempit jalan pikiranku dan kehidupan tak hanya selebar daun talas. Aku hanya ingin belajar bagaimana mengenal alam ini dari hari-hariku.Sesempit apapun itu aku terus mencoba memahami bagaimana alur daun-daun membentuk pola uniknya. Mungkin memang aku bukanlah seorang jenius yang mudah dalam mengerti banyak hal, tapi paling tidak aku masih belajar sampai detik ini.

Aku akui bahwa banyak hal menjadi runyam ketika aku mulai meneliti satu persatu tabir alam. Kemarin aku mengacaukan jalannya sinar surya pada sebuah sarang semut. Dua hari yang lalu aku juga tidak sengaja menghancurkan rumah bagi burung pipit hanya karena ingin melihat telur-telur mengeluarkan mahluk hidup yang baru. Tapi maafkanlah kesalahan itu, aku hanya ingin belajar.

Aku tidak suka ketika dalam pembelajaranku akan alam dan seisinya, duri-duri tajam itu menusukku. Aku juga tidak suka ketika aku berlari menikmati indahnya mentari, jerat itu menjatuhkanku. Aku tidak suka terlebih pada saat aku menikmati cantiknya bunga ilalang, dan kau menebasnya dengan tanganmu. Keegoisanku bukan tak beralasan, bagaimana bisa aku melihat indahnya dunia tapi kau menutup mataku?? Bagaimana mampu aku mendengar kicauan burung di saat kau menutup telingaku?? Bagaimana mungkin aku bisa mengecap manisnya madu hutan jika kau mengunci mulutku???

Sudah cukup, aku muak! aku masih ingin berbicara pada angin, bercanda pada awan dan berbaring bersama laut.
150411

Thursday, April 14, 2011

Padanya yang Bimbang

ketika disini merasa sepi
sewaktu melepaskan diri dari penat
sesaat luput dari kesesakan
yang terlihat adalah hampa

mencari sesuatukah?
ato seseorang?
yang jujur terkadang samar
bahkan bagi yang aq tau sekalipun

pikirku akan dapatkan yang terbaik
dari apa yang disebut keputusan
namun yang ada hanyalah berita
yang berisi keputusasaan

mencoba kembali berdiri
dari sesuatu yang kuanggap letih
dari jatuhnya pada lantai berduri
seakan membuatku mati

hayalku jika bisa aq berdiri
meraih kembali yang tercuri
seakan dapat kudekap kembali
sang mentari yang bersinar lagi

namun tak semuanya nyata
kadang itu semua hanya harap semu
yang tak pernah dirasa ada
yang semakin memakan asa

impiku akan harapan yang tidak hiang
tentang indahnya hari esok
mengenai hembusan angin kepada embun pagi
dan pergi memandang sinar pagi

adakah masih waktu untuk itu
yang bahkan aq tidak pernah tau
seakan tidak pernah ragu memakan ragaku
seperti sayatan beribu debu

yakinku bangkit lagi
ketika kudengar kicau burung padi
dan percikan hangat mentari
kepada pemilik hati

kini semua kembali kepada hari-hari
yang memang harus dijalani
baik kini atau nanti
berjuang menggapai impi.
030311

Ini aku

kepada sang Arsitek agung..

ini aku,seorang kuli yang mencoba membuat bangunan ku sendiri..
ini juga aku yang menata ruang untukku seorang..

ya,ini aku..
yang kali ini tak bisa lari dari rancang bangun ku sendiri..
yang tersesat pada labirin yang kubuat..

lagi-lagi ini aku..
telah salah meletakkan batu pertamaku..
telah gagal memasang pondasiku..

ya,aku tahu, ini aku..
kemarin aku bangga akan rancanganku..
kemarin aku juga sombong terhadap maha karyaku..

kali ini aku tahu..
tak pernah aku tunjukkan padamu..
tak pernah minta saranmu atas rancangku..
tak pernah mau melihat desain sempurnamu..

maaf, ini aku..
mengakui kegagalan proyekku..
mengakui kelemahan pondasiku..
mengakui buruknya rancanganku..

ini aku..
mohon ajari aku melihat desain buatanmu..
mohon bantu aku memasang pondasi ciptaanmu..
mohon bimbing aku menjadi kuli bangunan milikmu.. 
030311

Sebenarnya, Senyum itu ADA

Adalah sesuatu yang hendak tercantum ke dalam sekelebat cahaya putih yakni racikan bayang-bayang hitam yang menjelma kepada kehampaan yang berada pada isi-isi kosong.

Mungkin sulit untuk menjalani sesuatu yang dinamakan ‘hidup’, tapi tidakkah kau juga merasakan adanya garis-garis indah di dalamnya?atau setidaknya sedikit mencium harumnya kebersamaan. Maafkan bila memang ternyata kulitmu mati rasa atau hidungmu tersumbat, seandainya ada cara yang dapat membuatmu melihat gerakan semu dari sebuah kenyataan kepuasan pada kegembiraan, apakah kau juga buta?? Sudahlah, yang pasti aku hanya ingin berbagi padamu.

Kita terkadang merasa bosan, jenuh dan kadang jua suntuk melihat apa yang selalu terjadi secara berulang-ulang, aku pun iya. Semuanya persis sama atau kalau boleh dikata mirip. Memang tercium adanya perubahan, sedikit atau banyak, seolah menunjukkan adanya pergantian kisi hidup, harumkah?? Semua itu ada jawabnya, hanya kau yang tau. Jangan kau tanya aku, milikmu adalah kepunyaanmu tidaklah berhak aku tau. Namun, dari apa yang aku rasakan, dengan tanpa melibatkan perasaanmu, yang terjadi adalah perpaduan progresivitas dan sahabatnya regresivitas di dalam satu keadaan waktu dimana mereka berpautan erat sembari mengisi kehampaan. Kalau kau jenuh, seperti halnya kau membaca tulisan yang pernah aku buat ini, berarti kau hanya melibatkan mereka tanpa peduli hal-hal lain yang dapat diikut-sertakan. Hanyalah perpaduan yang membosankan, bukan?! Jangan salahkan aku jika memang hidupmu membosankan dan membuatku juga suntuk di dekatmu. Maka dari itu aku sungguh ingin berbagi, bersediakah?? Teruslah membaca, kau akan tau jawabannya, tapi sekali lagi aku ingatkan semua itu hanya dari dirimu.

Dulu aku juga merasakan hal yang sama, yaitu kehampaan. Merasa bahwa hidup hanya sekedar hal yang itu-itu saja. Tapi sebenarnya tidaklah demikian, ada sesuatu yang indah di dalamnya. Bukan aku sok tau atau mengada-ada, tapi jujurlah sesungguhnya kamu juga pernah merasakannya, seperti pertama kali kau merasakan potongan pertama ayam bakar terlezat yang pernah kau makan di warung makan favoritmu. Jika tidak, mohon maafkanlah kelancanganku. Memang benar jika aku pernah bosan, tidak juga aku pungkiri jika kelak aku kembali merasakan hal yang sama atau bahkan lebih buruk. Tapi, setidaknya aku pernah merasakan kebahagiaan yang tidak sebentar kurasakan bagiku dan lebih indah lagi jika aku tau kalau aku pernah berbagi denganmu.

Memandang kebencian juga menghimpun dendam yang sampai kini belum terlampiaskan, haruskah aku lanjutkan?! Salah, jika aku memberanikan diri menjawab iya. Mungkin, berlaku sebaliknya bagimu, aku tidak menuntut kesamaan pendapat darimu. Memang ketika aku dililit kemarahan dan rasa kecewa semua itu bagaikan irisan-irisan tajam, bahkan berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan kepuasan dalam perencanaan pembalasan yang terkejam dan kuanggap setimpal. Tapi tidak pernah aku lanjutkan semua itu, hanya menjadi tumpukan-tumpukan sampah di hatiku, benci aku mengakuinya kalau aku juga mendendam terhadap semuanya. Dunia ini tidak adil bagiku, kenapa aku disakiti?! Apakah aku juga pernah melakukannya untukmu?! Sudahlah, yang lalu lupakanlah, namun berikan tempat bagi kenangan. Karena dialah yang memberiku kesempatan untuk mengingat kebahagiaanku yang sesaat itu. Banyak sekali yang membuat aku dan kau menjadi lemah dalam menjalani sesuatu yang kita sebut hidup itu. Seolah-olah semua yang kita lakukan sia-sia, iya-kah?? Bagiku tidaklah demikian, semua itu bisa disiasati seperti halnya kita berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun, sekali lagi semua itu bermula dari diri sendiri. Kebosanan dan kejenuhan adalah virus yang makin lama menggerogoti seluruh kehidupan kita, mau-kah?? Aku akui tidaklah mudah mengalahkan kejenuhan itu, juga tidaklah cepat menaklukkannya. Kita semakin terpuruk oleh hal-hal yang tampak sama setiap harinya, itulah satu titik kelemahan aku atau juga dirimu, haruskah menyerah?? Ditambah lagi ternyata orang-orang terdekat kita malah sama sekali tidak memberi dukungan bahkan terkadang malah menjatuhkan, tidak sedikit yang malah memberikan kepahitan-kepahitan baru di dalam kehidupan yang kita harapkan indah. Apakah dengan ini kita harus menjadi takut untuk mencari dan menggapai kebahagiaan karena dihantui oleh keterpurukan dan kenyataan pahit?? Ada yang dikhianati sahabat terbaiknya, ada yang disakiti oleh orangtuanya sendiri, ada yang ditinggalkan kekasihnya, ada yang diceraikan, ada yang disiksa, dan ada bermacam-macam hal yang lain lagi yang membuat kita merasa bahwa semua ini tidak adil bagi kita, aku dan kamu. Sampai-sampai kita menyalahkan Tuhan, Sang Pencipta, tepat-kah itu?? Kau tau jawabannya.

Ketika menjalani waktu demi waktu, secara langsung atau tidak, sebenarnya ada sedikit atau malah mungkin begitu banyak hal yang membuatku merasa layak untuk tersenyum, begitupun juga engkau.
060311

Sepi..

Aku terpuruk sepi

Kian tertunduk kosong

Panas surya dahagakan hati

Terasa perih di raga yang kopong

                Mengapa ada perahu terdampar

                Kenapa harus angin melaju

                Untuk apa kias dirangkai

                Terikat hati yang terdiam, koyak..

Secercah harap kian menanti

Tak ada yang berani pasti

Melihat duri di jalanan sepi

Merapikan tujuan yang tak bertepi

                Hanya pada dia penjaga hati                                                                 

                Kuserahkan jiwa sepi

                Agar tiada tangis lirih

                Terperangkap pedih      
060311

Ini untukmu Dewi Malam

Ketika dian-dian mulai menampakkan sinar

Jua awan tertutup gulita, tidurkan Sang Surya

Adalah suara tapak-tapak kaki menghampiri

Dalam gelap mendekat kian kemari

    Adakah matamu sayup pada temarammnya waktu?

    Ataukah dinginnya angin memaksamu menutup pintu?

    Bukan! jawabmu pada kejaran waktu.

    Tidak! Marahmu pada terpaan udara pilu.

Dalam secarik kertas hitam kau lukiskan garis putih

Melalui air berwarna-warni juga kau tampilkan isi hati

Bahkan hitam tak urungkan niatmu

Melepaskan keluh pada sebuah harapan semu

    Akupun tertunduk pada penyangga jiwa

    Mendengar rintih dalam kegalauan malam

    Berisikan abu dalam perjumpaan fana

    Dan membuang dahaga yang ditelan guratan kelam

Hentikan langkah kecilmu yang kian menjauh

Temani aku hingga gelap tak lagi merangkulku.130311

Kopi Luwak

Dua hari yang lalu daku diminta untuk menemani 2 orang turis dari Jerman, Dietmar dan Rita. Mereka Berdua adalah suami istri yang hobi jalan-jalan ke luar negeri termasuk Indonesia. Perjalanan mereka kali ini hanya dengan 1 tujuan pasti, yaitu, melihat hewan  Luwak yang katanya dapat menghasilkan kopi terbaik se dunia.

Pada hari pertama di Semarang mereka tidak mau beristirahat dahulu mereka ingin melihat kebun kopi. Kami langsung menuju Kampung Kopi Banaran, yang terletak di daerah Banaran dekat Bawen. Disana kami hanya melihat kebun kopi dan mencicipi kopi asli banaran. Hanya kata "lumayan" yang keluar dari mulut Dietmar. Berarti kami memang harus menyuguhkan kopi yang jauh lebih baik untuk memuaskan hasrat turis yang satu ini.

Di hari kedua, kami menuju Jepara, yang katanya punya penangkaran Luwak. Sesampainya disana kami menjumpai sebuah rumah terbuat dari kayu, tampak kotor dan tak terurus. Namun, di bagian depan tampak ornamen-ornamen kayu yang dipahat dengan indah menyerupai bentuk-bentuk benda, patung dan pemandangan. Karya yang luar biasa, pikirku dalam hati. Sekali lagi, Dietmar tidak tertarik. Ia langsung menuju kandang kayu yg berlubang-lubang. Hanya ada satu ekor Luwak didalamnya, dan itupun tampak tak terurus. Ia sangat bersemangat mengambil gambar Luwak itu berkali-kali bahkan sampai direkam video. Daku sempat kagum, salut dan sedikit agak heran, karena menurut daku tak ada yang spesial dari hewan tersebut. Setelah itu daku mulai menceritakan proses pembentukan kopi Luwak dan penyajiannya dan juga alasan kenapa kopi tersebut sangat mahal seperti halnya yang disampaikan oleh pak Jamal (kalo ga salah, lupa soalnya), si tuan rumah.

Tak lama kemudian, pak Jamal menyuguhkan kami beberapa kilo kopi Luwak yang sudah di kemas seadanya. Ada yang sudah bersih dan ada yang masih kotor masing-masing berbeda harganya. Yang kotor dihargai Rp. 950 ribu, padahal yang ini sama sekali belum dibersihkan dari kotoran si Luwak, denga alasan agar kami tau kalo ini asli dari kotoran Luwak. Sama sekali tidak menggugah seleraku. Sedangkan yang bersih dihargai Rp 100ribu lebih mahal, dengan alasan karena sulit membersihkan satu-persatu biji kopi dari kotoran Luwak dan kulit ari buah kopi itu sendiri. Melihat semua itu, Dietmer langsung tertarik membeli satu kilo kopi yang sudah dibersihkan. Bahkan, tanpa tawar menawar terlebih dahulu. Hanya itu, dan kami kembali ke Semarang setelah menuju beberapa tempat wisata.

Melihat proses pembentukannya Kopi Luwak merupakan Kopi terjorok yang pernah daku lihat. Namun dari segi rasa, Kopi Luwak mendapat predikat kopi terbaik sedunia. Memang dalam menilai sesuatu kita terkadang hanya melihat dari sisi yang buruk, atau kalo dalam hidup, hanya melihat proses yang menyakitkan. Namun, semua itu hilang ketika kita bisa merasakan hasil yang kita dapatkan, dan melihat keindahan dari proses pembentukan itu.

Adakah Disana Kau Rindukan Aku ? ? ?

Barusan daku mendengar lagu dari Kerispatih, yang berjudul Mengenangmu. Membuat daku teringat seseorang yang sudah meninggal. Seorang yang pernah menjadi cerita di sisi lain kehidupanku.Ia seorang yang unik. Semasa SMA, daku sempat satu sekolah dengannya. Seorang senior di ekstrakurikuler kePramukaan di sekolah. Ia seorang dengan fisik sederhana, bertubuh kecil, kulit kuning langsat, dan rambut pendek yang khas. Secara umur dirinya memang lebih tua dariku, genap setahun, karena kami memang berulang-tahun di tanggal dan bulan yang sama. Dirinya adalah seorang kakak kelas di tempatku bersekolah.

Awal mula bertemu, adalah pertama kali daku masuk organisasi yang pada saat itu paling santai dan tak ribet. Cukup datang, latihan sebentar, ikutan lomba(kalo ada), trus nunggu kemah deh. Disana ia menggunakan pakaian pramuka lengkap dan rapi sedangkan daku hanya seragam berwarna krem-coklat tanpa embel-embel apapun. Karena seorang anggota regu baru, suasana masih canggung, terutama pada senior-senior yang berpakaian rapi. Di halaman depan ruang Pramuka, para senior bersenda gurau sambil bersih-bersih. Hanya daku yang tampak santai dan bingung mau ngapa-ngapain. Gadis itu datang dan memperkenalkan namanya dan mulai bertanya-tanya mengenai diriku dan alasanku ikut keanggotaan. Aku hanya menjawab seadanya.

Lama-kelamaan, kePramukaan menjadi bagian daku. Semula hanya ingin memenuhi kewajiban sekolah, daku malah bersemangat, bahkan antusias. Karena sudah mengenal semua orang, suasana semakin asik dan naluriku untuk memeriahkan suasana bangkit. Tanpa daku sadari, gadis itu tampak memberi perhatian lebih. Setiap jam istirahat dirinya selalu membawakan daku sebuah donat yang ditaburi coklat dan sebuah aqua cup, terkadang bersama beberapa permen. Daku tak pernah menganggap itu hal yang spesial.


Di sekolah dirinya menyebutku "Dewa Senyum". Daku tak begitu mengerti apa maksudnya. Suatu kali, daku bertanya apa maksudnya dia memanggilku seperti itu. Jawabnya, karena daku memberikan senyum buatnya dan anggota Pramuka, memang daku menjengkelkan katanya, tapi dirinya tak bisa menahan tawa saat daku mulai beraksi. Bahkan, pada saat mereka marah, mereka pun tak dapat menahan tawa. Di depanku, dirinya tak bisa serius, katanya. Tak ada kata JAIM.

Suatu hari, setelah beberapa lama daku aktif di keanggotaan gadis itu menelpon kerumahku. Dan itu menjadi kebiasaannya. Hari itu nada bicaranya berbeda, suaranya bergetar menandakan kegugupannya. Di telepon dia selalu memujiku dengan canda tawaku, sampai tak sengaja kudengar kata 'suka' darinya. Daku pura-pura tak mendengar, agar tak salah tangkap. Namun, dirinya tak pernah mengulangi kata itu lagi.

Itu adalah sebagian dari cerita tentang gadis itu. Masih terlalu banyak cerita tentangnya. Namun, sekarang dirinya sudah tiada. Dirinya telah meninggal karena kecelakaan tragis. Mungkinkah dirinya masih mencintaiku???? Daku tidak tau. Daku dan dirinya telah lama tak bersua, sampai pada akhirnya mendengar kabar dirinya telah tiada lebih dari satu tahun yang lalu.

Daku hanya bisa minta maaf atas hal di masa lalu yang tak dapat diselesaikan, semoga dirinya meninggal dalam damai. Dan tulisan ini hanya daku persembahkan untuk mengenangnya.070312