Sunday, November 20, 2011

Cewe Kece dan Sepatu Kets! (-part 2-)

Warteg Bangjo, warteg yang hampir setiap pagi ku kunjungi setelah berolahraga ria di TLJ. Warteg ini terletak setelah lampu abang-ijo di daerah RS Kariadi. Kali ini dengan perasaan senang dan semangat membara, aku memesan nasi dengan sayur capcay dan telur pedas. Entah kenapa, wajah cewe kece tadi tidak bisa kulupakan begitu saja, bahkan sesekali aku terlihat sumringah sendiri. 

"mas, kog senyum-senyum sendiri?" tanya Pak Jo, pemilik warteg.
"owh, ga papa pak, tadi ketemu temen lama." jawabku asal.
"ati-ati mas, tar keselek sendok!"
"hahaha, wah pak, ga mungkin, kalo keselek piring iya."

Enam ribu rupiah harga yang harus kubayar pagi itu, itu sudah cukup murah kalo kubandingkan dengan warung makan sekitar. Mungkin, karena dekat dengan Rumah Sakit sekaligus Fakultas Kedokteran UNDIP harga jadi lebih mahal. Paradigma bahwa kuliah kedokteran hanya untuk orang kaya, dan kalo ke Rumah Sakit berarti banyak duit menjadi alasan perbedaan harga yang cukup signifikan . Aku mulai merogoh kantung celanaku, seperti biasa disaat berolahraga aku tidak pernah membawa dompet tapi hanya membawa uang secukupnya untuk parkir dan sarapan. Namun, apa daya tangan tak sampai, hari itu tiba-tiba tampak suram. Semua kantong celana sudah ku rogoh, bahkan jog sepeda motor sudah kuperiksa tidak ada tanda-tanda keberadaan benda yang paling kubutuhkan pada saat itu, UANG. Entah lupa atau hilang, aku tidak punya uang, bahkan hanya sekedar untuk bayar parkir. ALAS, pikirku. 

"gimana mas?" 
"ah ga apa pak, cuma kog kayaknya saya lupa bawa uang."
"owalah, mas, makanya jangan suka ngelamun dan senyum-senyum sendiri, jadi lupa daratan kan?! yowes, besok-besok aja mas, masih sering sarapan disini toh?"
"oh, gitu ya pak, maaf pak, nanti uangnya langsung saya anterin kesini deh"
"nyante, lak wis mas"
"permisi, pak"

Sekarang tinggal satu masalahnya, PARKIR! Segera perhatikan kiri kanan, jalanan tampak sepi, berikutnya cari keberadaan tukang parkir sebelum mendekati motor. Ketika si "tuan tanah" sedang sibuk dengan kendaraan lain, barulah aku pergi ke arah yang berlawanan. Mission accomplish!

Sesampainya di kos, aku segera mandi membersihkan diri dari keringat, debu, kotoran dan kejadian memalukan tadi. Di kamar mandi tidak ada shower untukku mendramatisir keadaan, hanya ada gayung. Sembari menyiramkan air bersih ke atas kepalaku dan mengguyur menyelimuti badanku, mataku terpejam. Wajah itu melintas kembali di benakku. Tiba-tiba air deras yang mengguyur melalui gayung perlahan-lahan geraknya semakin lambat dan membeku. freeze. Waktu berhenti sejenak. Berhenti tepat ketika kepalaku sedang menengadah 45 derajat ke atas, dengan tangan kanan memegang gayung dan air mengalir tepat menutupi wajah gantengku nan rupawan. fade to black.

Semua gelap, satu-satunya cahaya adalah di utara dari tempat ku berdiri. Aku menuju utara asal cahaya itu, semakin dekat semakin silau, aku menghalangi silaunya dengan kedua tanganku. fade to white. Aku sudah berada di sebuah lapangan olahraga. TLJ. Tapi kali ini sepi, sama sekali tidak ada aktifitas. Sayup-sayup kudengar sebuah lagu, makin kumelangkah lagu itu semakin keras suaranya. Bukan lagu Senam Jantung Sehat yang biasa kudengar di tempat itu. 

-to be continued-

No comments:

Post a Comment