Friday, April 15, 2011

Sudah cukup, aku muak!

Aku melihat laut tadi pagi, sama seperti kemarin, warnanya masih biru. Seperti biasa aku pandangi laut itu sampai bosan, tidak ada yang aneh, ia tetap tenang dan dingin. Melihat semua itu aku lalu menyentuhnya berharap aku dapat merasakan ketenangannya, tapi sayang hanya dingin yang menekan, tidak lebih.


Satu jam kemudian angin menghardik wajah murungku, seolah ia tahu bahwa aku sedang sakit. Mengagetkanku dengan hentakan keras dan menghentikan lamunan kosongku terhadap putihhnya awan. Aku jadi menyadari bahwa hanya alam yang membuatku terjaga dari kekosongan. Laut yang mengajari aku ketenangan dan angin yang menyadarkanku dari kehampaan.Tidak kurang sang awan yang memberiku lukisan indah untuk selalu kupandang ketika aku terdiam.

Bersatu dengan alam membuat aku mengerti banyak hal. Bahwa, hidup tak sesempit jalan pikiranku dan kehidupan tak hanya selebar daun talas. Aku hanya ingin belajar bagaimana mengenal alam ini dari hari-hariku.Sesempit apapun itu aku terus mencoba memahami bagaimana alur daun-daun membentuk pola uniknya. Mungkin memang aku bukanlah seorang jenius yang mudah dalam mengerti banyak hal, tapi paling tidak aku masih belajar sampai detik ini.

Aku akui bahwa banyak hal menjadi runyam ketika aku mulai meneliti satu persatu tabir alam. Kemarin aku mengacaukan jalannya sinar surya pada sebuah sarang semut. Dua hari yang lalu aku juga tidak sengaja menghancurkan rumah bagi burung pipit hanya karena ingin melihat telur-telur mengeluarkan mahluk hidup yang baru. Tapi maafkanlah kesalahan itu, aku hanya ingin belajar.

Aku tidak suka ketika dalam pembelajaranku akan alam dan seisinya, duri-duri tajam itu menusukku. Aku juga tidak suka ketika aku berlari menikmati indahnya mentari, jerat itu menjatuhkanku. Aku tidak suka terlebih pada saat aku menikmati cantiknya bunga ilalang, dan kau menebasnya dengan tanganmu. Keegoisanku bukan tak beralasan, bagaimana bisa aku melihat indahnya dunia tapi kau menutup mataku?? Bagaimana mampu aku mendengar kicauan burung di saat kau menutup telingaku?? Bagaimana mungkin aku bisa mengecap manisnya madu hutan jika kau mengunci mulutku???

Sudah cukup, aku muak! aku masih ingin berbicara pada angin, bercanda pada awan dan berbaring bersama laut.
150411

5 comments:

  1. keren kak :))
    capcuss...promosiin blog mu ini ....whohohohohoho

    ReplyDelete
  2. waaw...rangkaian kata2nya bagus...

    salam :)

    ReplyDelete
  3. semoga keputusan hari ini menjadi kunci yg sanggup membuka mata, telinga, dan mulutmu yg sempat terbekap dan terkunci..
    berbicaralah pada angin, bercandalah pada awan dan berbaringlah bersama laut..

    ReplyDelete
  4. @glo: thanx ya, saya masih belajar, bu guru...

    @Nufri L Sang NIla: karya anda lebih mengaggumkan saya..

    @Hans Brownsound: Thanx juga, Salam kenal...

    @tam2: ada banyak hal yg perlu dipahami sebelum memaknai..

    ReplyDelete